Go back to reality
Penyesalan memang selalu datang terlambat. Ya, benar. Jika saja dulu aku tidak terlena untuk memulai mimpi ini, mungkin aku takkan pernah merasakan rasa sakit seperti yang sekarang ku rasakan. Terlalu sulit untuk melupakan apa yang telah ku urai selama ini, dan ya aku menyesal. Aku menyesal karena aku telah tertidur dan bermimpi, terlalu lama, hingga aku menjadi sulit menghadapi kenyataan. Kenyataan, yang bisa ku bilang berada jauh dari mimpiku, dan mereka takkan mencapai titik temu. Aku, telah membangun tembok tinggi yang memisahkan kenyataan dan mimpi.
Mimpi yang kuuraikan terlalu panjang. Dan ku yakin mereka akan menggumam "bodoh" ketika aku mengaku bahwa aku bermimpi untuk menggapaimu, yang jelas ku ketahui selama ini jauh dari jangkauanku. Entah apa dorongan yang memaksaku untuk mengikuti kehendakku, terus mengejarmu. Mungkin senyummu? Caramu berbicara? Caramu membuatku tertawa? Aku tak tahu. Dorongan itu semakin memaksa jiwaku yang letih. Aku lelah, benar-benar lelah. Mengejarmu bukan perkara yang mudah. Disampingmu, kau memiliki dia, yang menebar senyum indah kepadamu, dan jelas hal itu tak bisa ku terima. Dan kurasa, sekarang saatnya aku menghentikan mimpiku. Ya, sekarang, waktu dimana kau membalas senyuman gadis itu. Dan senyum itu, itu bukan senyuman biasa, yang tak bisa ku artikan sebagai senyum seorang teman.
Kau membuatku merasa seolah menjadi boneka, membuatku merasa diinginkan-- walaupun kau tidak bermaksud melakukannya atau merencanakan hal itu. Kau memang tersenyum padaku. Kau memang tertawa melihatku. Kau memang selalu terlihat baik dihadapanku. Itu yang membuatku senang selama kau berada disisiku. Tapi bersamanya, kau tampak begitu bahagia, jauh lebih bahagia. Aku masih ingin menguraikan mimpi ini, terus berusaha dan berdoa agar ia bisa terwujud, tapi sebuah bisikan cukup menyadarkanku, dia jauh lebih bahagia bersama gadis itu, dia pasti mencintai gadis itu.
Cara sekeras apapun akan menjadi sia-sia ketika aku memaksakan kehendakku. Benar, kau tak harus kumiliki. Selama melihatmu bahagia, aku akan bahagia.
Sekarang aku tahu, bagaimana rasanya dibangunkan dari mimpi indah yang telah membuaimu. Rasanya sakit. Dan kuharap rasa sakit ini akan mereda, seiring dengan hancurnya tembok tinggi yang ku bangun.
Komentar
Posting Komentar