Tersesat

Sesungguhnya ini yang sekarang ku rasakan. Terbang terlalu jauh dan tak tau kemana harus pulang. Lupa bagaimana seharusnya aku bersikap di halaman pertama. Melambung terlalu tinggi hingga tak tau dimana dasar bumi. Tenggelam dalam rasa yang menyesatkanku, tak mendapat udara untuk berpikir jernih sewaktu aku menjejalkan langkah awal.
***
Saat itu aku menemukannya. Ya, ketika ada secercah senyuman yang belum pernah kulihat tersirat di bibirnya sebelumnya. Senyuman yang membuatku terus berjalan mengikutinya. Berjalan, dan hingga akhirnya aku berlari mengejar, berusaha menggapai dirinya. Seharusnya aku tidak mengikutinya. Karena apa? Karena kini aku tersesat, aku tiba di persimpangan dan tak tau ia kemana.
Aku benar-benar tersesat. Tak menemukan jalan pulang. Senyuman itu terlalu cepat berlalu, meninggalkan ku sendiri dengan semu bayangnya.
Hingga akhirnya aku mengambil keputusan. Aku harus terus berjalan. Mencari senyuman itu. Berjalan dan berjalan. Dan di persimpangan itu, aku melihatnya. Dan senyumannya. Tapi kini, senyuman itu seakan diluapkan untuk senyuman lain, yang membalasnya dengan senyuman yang sama. Bukan senyuman biasa, senyuman yang bisa ku artikan begitu dalam. Rasa yang tersirat diantara mereka, entah kenapa membuat udara di sekitarku menyusut. Bernapas semakin membuat dadaku terasa berat.
***
Terlambat bagiku untuk menyadarinya. Seharusnya langkahku untuk mengikuti senyum itu tak perlu ku lakukan. Terlambat bagiku untuk menyesalinya. Waktu takkan menarikku kembali ke masa lalu. Sekarang aku sendiri, menanti senyuman yang dulu datang kepadaku, kembali lagi bersamaku, di persimpangan jalan yang ku tak tau entah kemana. Aku terlalu jauh dari tempatku dulu. Sulit bagiku untuk melupakan senyuman itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Labirin

Takut?

Return